My Photo
Name:
Location: Indonesia

Pemesanan bisa dilakukan melalui : e-mail rizwananazkia@gmail.com SMS : 0811-847662 FB : rizwana & azkia

Wednesday, June 23, 2004

Nikmatnya Enjot-enjotan Astra

10.0 Wib, Senin, 20 September 2001

Jika kurs di bawah Rp 9.500 per dolar AS, Astra bisa untung

Hasbi Maulana, Titis Nurdiana, Sri Sayekti, Ariyanto Widhinugroho
Penguatan rupiah mendatangkan rezeki bagi Astra. Lantas, apa dampak terhadap harga sahamnya?

Sudah suratan saham Astra International untuk diombang-ambing gejolak kurs. Itu terjadi lantaran kelompok industri yang sarat dengan bisnis otomotif itu masih menyisakan utang dalam bentuk valas senilai US$ 800 juta. Makanya, setiap kurs berubah Rp 100 saja, utang mereka pun turun naik sebanyak Rp 80 miliar. Nah, kalau gejolak kurs sampai ratusan perak seperti yang terjadi sekarang, tentu bisa dibayangkan betapa neraca Astra bakal enjot-enjotan. Pada akhir Juni lalu lalu contohnya. Laporan keuangan mereka dihitung dengan asumsi kurs Rp 11.440 per dolar AS. Periode yang sama tahun sebelumnya mereka menggunakan patokan kurs Rp 8.735 per dolar AS. Akibat perbedaan selisih kurs itu, per semester pertama tahun ini Astra harus menanggung rugi kurs sebanyak Rp 2,16 triliun. Kerugian sebesar itu membuat laba usahanya yang mencapai Rp 1,5 triliun seolah tak berarti. Karena itu, Astra mesti menanggung rugi bersih sampai Rp 993 miliar.

Itu memang rapor buruk. Namun, besar kemungkinan angka-angka itu akan berubah warna akhir tahun nanti. Sebab, melihat arah kurs yang saat ini mulai stabil di level Rp 9.000-an, ada harapan rugi kurs Astra bakal jauh berkurang. ”Pak Teddy bilang, jika kurs di bawah Rp 9.500, Astra bisa membukuk`n laba bersih,” tutur Yulian Warman, Senior Manager Deputy Head Public Relation Astra International.

Mungkin, itulah sebabnya sepanjang pekan lalu Astra cukup ramai diperdagangkan. Banyak orang berharap, membaiknya kurs rupiah berdampak positif terhadap laporan keuangan Astra akhir tahun nanti. Nah, pertanyaannya sekarang, apakah penguatan rupiah benar-benar bakal meningkatkan kinerja operasional Astra atau sekadar indah dilihat di atas kertas?

Tak ada pengaruhnya terhadap arus kas
Bagi kebanyakan analis, menguatnya kurs rupiah sampai level sekarang belum bakal berpengaruh banyak terhadap kinerja operasional Astra. Erwan Teguh, dari SG Securities Indonesia, menganggap pendapatan operasional Astra belum akan meningkat. Ketika bulan lalu Astra masih memakai strategi penambahan aksesori tanpa menurunkan harga, margin usaha yang mereka peroleh mungkin lebih lumayan. Namun, strategi itu ternyata tidak bisa diterapkan lebih lanjut, lantaran kompetisi bisnis penjualan kendaraan yang lebih ketat. Astra akhirnya menurunkan harga jual sekitar 3%–8%. Akibat positif dari penurunan harga itu, margin usaha yang diperoleh menjadi normal kembali.

Tapi, sebetulnya, itu masih lebih baik daripada ketika kurs masih berada pada level Rp 11.000-an. Pasalnya, pada saat itu struktur biaya Astra masih menggunakan patokan Rp 9.000-an per dolar sehingga margin usaha yang diperoleh dari bisnis otomotif menipis dengan cukup berarti. Kalau rupiah terus stabil, ada kemungkinan bagi Astra untuk menurunkan harga jual produknya hingga 12%-an. Bisa jadi langkah itu akan sedikit meningkatkan permintaan. ”Tapi, itu kan belum dilakukan,” ujar Erwan.

Pendapat senada juga dilontarkan Ferry Yosia Hartoyo, Direktur Riset Vikers Ballas. Membaiknya kurs rupiah, kata Ferry, memang akan berdampak baik bagi laba bersih Astra. Tapi, tidak akan berpengaruh terhadap arus kas perusahaan. Padahal, saat ini arus kas perlu mendapat perhatian ekstra. Bagaimana tidak? Setiap tahun Astra harus membayar bunga dalam valas saja sekitar US$ 60 juta. Dan, pada akhir 2002 nanti mereka juga kudu membayar cicilan pokok sebanyak US$ 174 juta. Belum lagi, untuk tahun-tahun selanjutnya Astra juga mesti mencicil utangnya. ”Untuk 2002 lungkin aman, entah tahun-tahun berikutnya,” kata Ferry.

Yang juga menarik untuk disoroti adalah menurunnya margin usaha Astra per semester pertama tahun ini, dari 12,1% menjadi 8%. Menurut Ferry, penurunan itu disebabkan oleh restrukturisasi kepemilikan di Astra Honda Motor, yang kini Astra—yang memiliki 50% saham—hanya memperoleh margin dari jaringan distribusi. Asal tahu saja, kendati selama periode itu penjualan sepeda motor Honda meningkat 105,9%, yang dijual lewat Astra hanya 35%-nya. Berkurangnya margin Astra juga disumbang oleh peningkatan biaya pemasaran mobil yang kompetisinya semakin ketat. Singkatnya, bisnis otomotif Astra memang tidak bisa lagi melaju kencang seperti dulu.

Dengan segala kelebihan dan kekurangannya itu, Erwan menganggap nilai wajar Astra hanya sekitar Rp 3.000. Penilaian yang sama juga diberikan Sri Wijayaningrum, analis dari Samuel Sekuritas. Taksiran sebesar itu belum menyertakan kemungkinan penjualan Astratel dan Astra Agro Lestari. Kini saham Astra di bursa masih diperjual-belikan dengan harga Rp 2.500 per saham (10/9). Jadi, memang masih ada peluang untuk mendapatkan untung dari jual beli saham Astra. (Kontan)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home