My Photo
Name:
Location: Indonesia

Pemesanan bisa dilakukan melalui : e-mail rizwananazkia@gmail.com SMS : 0811-847662 FB : rizwana & azkia

Wednesday, June 23, 2004

Angin Segar buat Astra

Valuasi saham Astra International
Hasbi Maulana, Titis Nurdiana, Ariyanto W., Cipta W.

Pasca-Sidang Istimewa MPR, rupiah cenderung menguat. Saham Astra International menjadi bahan diskusi karena setiap penguatan rupiah akan mengurangi beban utang mereka. Layakkah saham otomotif ini dikoleksi sejak dini?

Naik turunnya kurs rupiah-dolar AS benar-benar menjadi momok bagi Astra International. Induk berbagai perusahaan yang lebih terkenal dengan bisnis otomotifnya ini memang sempat terjebak dalam utang valas sebanyak US$ 995,046 juta, plus utang rupiah sebanyak Rp 1,118 triliun. Meski kini sebagian dari utang-utang itu sudah dilunasi, tak urung dampak naik turunnya kurs masih menghantui sisa utang. Soalnya, setiap rupiah melemah, utang valas Astra akan bertambah.

Persoalan kurs ini menjadi sangat penting bagi Astra, karena mereka melakukan penjualan, khususnya otomotif, dalam hitungan rupiah. Memang, harga jual ini bisa disesuaikan dengan kenaikan dolar, namun akselerasinya tidak bisa disetarakan dengan pergerakan kurs.

Tapi, angin segar akan bertiup bagi Astra jika rupiah menguat terhadap dolar seperti saat ini. Alasannya sederhana, utang valas perusahaan—yang pernah menjadi rebutan dalam tender BPPN beberapa bulan lalu—ini juga akan menurun. Alhasil, jika pada saat rupiah melemah orang beramai-ramai menghindari saham Astra, ketika dolar terseok seperti sekarang Astra kembali dilirik.

Bagi sebagian investor, saat ini saham Astra tampak menjadi menarik. Selain penguatan rupiah, berita mengenai kenaikan penjualan mobil dan sepeda motor secara nasional pun ikut memberi sentimen positif terhadap saham Astra. Perlukah Anda segera mencairkan tabungan untuk membeli saham Astra? Tunggu dulu. Ada baiknya Anda simak pandangan para analis terhadap masa depan Astra.

Menurut Yulian Warman, Head External Division Communication Astra International, dari seluruh total utang valas—sebanyak US$ 200 juta dan Rp 200 miliar alias lebih dari 20%—telah mereka lunasi sebelum jatuh tempo. Cicilan berikutnya baru akan jatuh tempo Desember 2002. Jadi, praktis selama setahun ke depan, Astra tidak diganggu urusan membayar utang.

Tetap harus melego aset untuk membayar utang
Masalahnya, mampukah Astra membayar seluruh utangnya dalam kurun waktu lima tahun ke depan? Dengan hanya mengandalkan pendapatan operasional plus dividen anak perusahaan, para analis saham yang dihubungi KONTAN tidak yakin mereka bakal mampu. ”Masih kurang sekitar Rp 3 triliun hingga Rp 4 triliun,” kata Sri Wijayaningrum dari Samuel Securities. Yang juga harus diingat investor, Astra pun harus mengumpulkan duit sebanyak US$ 173,762 juta dan Rp 204,816 miliar untuk dibayarkan paling lambat Desember 2002 mendatang.

Maraknya penjualan mobil selama semester pertama tahun ini tidak bisa serta-merta menjamin pendapatan Astra menaik. Pasalnya, kendati selama semester pertama pertumbuhan penjualan nasional mencapai 148.483 unit alias tumbuh hampir 17%, penjualan mobil Astra untuk kurun waktu yang sama hanya tumbuh 0,22%. Menurut Erwan Teguh dari SG Securities Indonesia, kecilnya pertumbuhan penjualan Astra salah satunya disebabkan mandeknya produksi sebagai rentetan kasus Kadera April lalu.

Sebenarnya, kondisi yang lebih baik bagi Astra tampak di pasar sepeda motor. Ketimbang semester pertama tahun lalu, penjualan sepeda motor secara nasional tahun ini tumbuh sebanyak 94,4%. Kalau selama semester pertama tahun lalu penjualan sepeda motor hanya mencapai 357.283 unit, dalam kurun waktu yang sama tahun ini naik menjadi 694.567 unit. Dibanding dengan kompetitornya, penjualan sepeda motor Astra dengan merek Honda mengalami pertumbuhan lebih baik karena mencapai 109% ketimbang semester pertama ta-hun lalu yang cuma 194.160 unit. Tahun ini mereka sudah berhasil melego 407.659 unit.

Dan Honda juga baru meluncurkan sepeda motor tipe Legenda yang harganya dibanting semurah motor Cina. Menurut Yulian, kisah sukses penjualan Legenda ini bakal bisa menjadi legenda pula dalam industri sepeda motor. Sebab, dalam tempo hanya sekitar tiga pekan, penjualan dan pesanan Legenda sudah mencapai 30.000 unit. Cuma, karena Astra sudah menjual separuh kepemilikan sahamnya ke Honda Motor, Jepang, otomatis rezeki nomplok di pasar motor ini harus dibagi juga dengan sang prinsipalnya.

Jadi, bagaimanapun, seperti sudah diperhitungkan sejak masa restrukturisasi utang dulu, Astra memang harus menjual sebagian aset-asetnya agar bisa terbebas dari utang. Yang ramai digosipkan, konon, Astra International sudah siap melepas sahamnya di Parmindo Ikat, mitra KSO Telkom yang beroperasi di Sumatra.

Namun, menurut Erwan, jika Parmindo diambil Telkom kelak—sama dengan pembelian Daya Mitra (mitra KSO Telkom di Kalimantan)—berarti tidak ada pembayaran tunai. Telkom akan membayarnya bertahap. ”Berarti, tidak akan cukup untuk menggenapi cicilan pada 2002 nanti,” katanya.

Karena itu, bisa dimengerti bila rumor ketertarikan Indofood terhadap saham Astra Agro Lestari tetap saja hangat diperbincangkan orang. Sejauh ini Astra sendiri belum memberi konfirmasi soal rencana penjualan Astra Agro kepada Indofood. Tapi, kalau itu terjadi kelak dan harga yang didapat tidak jelek, sentimen terhadap Astra akan membaik.

Dengan latar belakang seperti itu, para analis tidak begitu antusias merekomendasi saham Astra International. Paul Dammkoehler, Kepala Riset Bahana Securities, menilai dengan harga sekarang—Rp 2.700-an (23/7)—saham Astra sudah terlampau mahal. Menurut perhitungannya, EV/EBITDA nilai perusahaan (enterprise value, EV) Astra dibandingkan dengan pen-dapatan mereka sebelum dikurangi biaya bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi adalah sebesar 5,3 kali. Di samping itu, perbandingan antara harga dan laba bersih per saham Astra juga sudah mencapai 20 kali. ”Buat saya, terlalu mahal,” katanya. Namun, kalau untuk trading dengan jangka waktu pendek, boleh-boleh saja

0 Comments:

Post a Comment

<< Home